Bekal Terbaik Perjalanan Ibadah Haji, Bagi Calon Haji Penting Sekali!
Seluruh jamaah haji yang datang dari berbagai Negara merupakan tamu-tamu Allah. Mereka adalah orang-orang pilihan yang diundang Allah untuk hadir di rumahNya. Sungguh tak sembarang orang bisa datang dengan mudahnya. Ada yang rela menunggu hingga belasan tahun bahkan sampai ajalnya menjemputpun belum sempat datang mengunjungi Rumah Agung itu. Tentunya sebagai tamu pilihan yang datang dari tempat yang jauh seyogyanya membawa bekal yang pantas untuk dipersembahkan kepada Tuan Rumah.
Iya, Sang Tuan Rumah tidak menginginkan pisang, ayam, apalagi sigkong. Ia hanya mengharapkan ketaqwaan dari para tamu tamuNya sebagaimana Ia sampaikan sendiri dalam firmanNya: “Berbekallah, dan sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah takwa dan bertakwalah kepada-Ku hai orang-orang yang berakal.” (QS. Al Baqarah: 197)
Pesan Sang Tuan Rumah cukup sederhana. Datanglah hanya berbekal taqwa, wahai tamu-tamuNya yang berakal! Terdengar ringan, namun jika tak mampu difahami oleh tamu-tamuNya dengan akalnya maka dikatakan oleh Prof. M. Quraish Shihab (dalam karyanya berjudul ‘Lentera Hati’) para tamu-tamu itu bakal kekurangan bekal dan mereka bukanlah betemu dengan Sang Tuan Rumah, melainkan sarang iblis yang mereka huni. Mengapa begitu?
Para tamu-tamu hendaknya memahami dengan akalnya bahwasannya ritual ibadah yang akan mereka jalani bukan semata gerak-gerik jasmani saja. Lebih dari itu ada makna dan hikmah yang harus difahami sebelumnya dan saat menjalani ritual-ritual itu.
Bayangkan saja, ritual-ritual yang dijalani dalam Ibadah Haji tidaklah semudah mengitari lapangan bola berkali-kali. Para tamu yang datang disuruh mengitari rumahnya yang luas itu tanpa henti, kemudian disuruh berlari-lari kecil mondari mandir selama 7 kali dari satu bukit ke bukit yang lain. Melempar 3 tembok raksasa dengan sekuat tenaga dalam suasana desak-desakan. Saling berebut mencium batu hitam. Seluruhnya itu dilakukan dengan pakaian sederhana tanpa jahitan hanya dililitkan pada tubuhnya.
Lebih dari itu, para tamu juga dilarang melakukan berbagai hal selama menjadi tamu agung. Jika pakaian sederhana itu telah dikenakan, mereka dilarang bersolek, menyisir rambut, menggunting kuku bahkan mencabut bulu dalam tubuh pun bila dilakukan akan terkena denda. “Ahlan wa sahlan fil Haramain!”
Jika seorang tamu membawa bekal yang kurang, tentu semua perintah dan larangan ini akan terasa berat dan menilai tiada guna. Iblis yang juga berkeliaran dalam Rumah suci itu akan menemukannya untuk mengajak mengikuti jalannya. Jadilah perasaan-perasaan setan menghiasi hati tamu-tamu itu: sumpek, jengkel, emosi bahkan merasa kapok untuk kembali lagi. Na’udzubillah mindzaalik. Bekal Taqwa dan pengetahuan akan makna dan hikmah dibalik rangkaian ritual ibadah Haji akan membuat seorang tamu bersabar dan menjalankannya dengan penuh makna. Maka itulah bekal terbaik perjalanan Ibadah haji bagi para jamaah.
Masuklah dengan penuh hormat kedalam rumahNya. Masuklah dengan perasaan rindu berat sebagai tamu yang telah lama tidak berjumpa denganNya. Maka selanjutnya, engkau sudah di dalam rumahnya, berusahalah sekuat hati untuk bertemu denganNya. Kami doakan semoga Ibadah Haji yang Anda jalani menjadi Haji Yang Mabrur. Dan bagi anda yang sedang menunggu datangnya undangan, semoga selalu ditetapkan kesabaran dalam hati untuk menantinya. Selanjutnya, persiapkan diri untuk memahami hikmah dan makna yang terkandung dalam berbagai ritual-ritual Ibadah Haji dalam artikel-artikel yang kami sajikan khusus untuk Anda.
1) Hikmah / Makna Pakian Ihram
4) Hikmah / Makna Lempar Jumrah
Jangan lupa, jika anda membutuhkan seluruh perlengkapan haji dari awal keberangkatan, selama pelaksanaan hingga oleh-oleh untuk kerabat, kami menyediakan seluruhnya secara lengkap. Silahkan dilihat-lihat koleksi kami di etalase oleh-oleh haji, barangkali ada kebutuhan ibadah yang belum anda lengkapi. Butuh oleh-oleh haji? Ingat Toko Nabawi!