Bukti Puasa Mencerdaskan, Tidak Baca? Rugi!!

Perbedaan manusia dengan malaikat adalah disematkannya hawa nafsu pada diri manusia, sehingga manusia memiliki naluri untuk mempertahankan diri dan mempertahankan jenis. Sedangkan perbedaan manusia dengan hewan, seperti yang kita ketahui secara umum, adalah disematkannya akal pada diri manusia yang tidak ditemukan pada hewan, sehingga manusia bisa menentukan antara baik dan buruk bagi dirinya. Adanya akal dan nafsu dalam diri manusia menyimpulkan bahwasannya manusia adalah benar-benat makhluq yang sempurna yang paling pantas menjalankan tugas kekhalifahan di bumi ini.

Sejatinya, kedua komponen (akal dan nafsu) disematkan untuk kebaikan manusia seperti yang dijelaskan sebelumnya. Namun, dalam perkembangannya, bisa saja menjerumuskan manusia pada kehinaan. Terutama komponen nafsu ini.

“Dan aku tidak membebaskan diriku (dari kesalahan), karena sesungguhnya nafsu itu selalu menyuruh kepada kejahatan, kecuali nafsu yang diberi rahmat oleh Tuhanku. Sesungguhnya Tuhanku Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.“ (QS. Yusuf:53)

Nafsu seringkali menjadi celah yang dimanfaatkan setan untuk melupakan tugas manusia dari kekhalifahan. Seperti yang kita tahu, dengan nafsu kita memiliki hasrat untuk memakan sesuatu ketika lapar, dan ini merupakan bentuk nafsu menjalankan fungsi mempertahankan diri. Jika hal ini dimanfaatkan setan maka jadilah manusia mencari makan dengan menghalalkan setiap cara. 

Dengan nafsu, kita memiliki naluri untuk bekerja menghidupi keluarga dan merangkai masa depan. Ini suatu bentuk wujud nafsu yang baik, namun jika setan memperindahnya, jadilah kemungkinan manusia menggunakan cara-cara yang diharamkan demi mewujudkan ambisi nafsunya itu.

Dengan nafsu, kita memiliki hasrat hewani yakni nafsu seksual. Ini bukanlah hal tercela. Justru ini memiliki tujuan yang baik yakni mendorong manusia untuk mempertahankan jenisnya. Namun, jika hal ini dipercantik setan, maka dengan siapa manusia bercinta, seperti apa caranya sudah tidak dihiraukan lagi. Jadilah kita tidak ada bedanya dengan binatang.

Puasa mengontrol itu semua, membimbing nafsu agar menjadi nafsu yang diberi rahmat oleh Tuhan Yang Maha Esa hingga diharapakan akan menjadikan pemiliknya tumbuh menjadi manusia yang cerdas secara emosional dan spiritual. Inilah bukti bahwa puasa mencerdaskan. Ketika kita dihina seseorang, naluri manusia untuk membela diri muncul. Itu wajar! Tapi seringkali dipertajam setan sehingga yang asalnya niat mempertahankan diri, jadilah ia menyerang dengan gelap mata. Puasa membangkitkan kesadaran manusia untuk menahan agar hal ini tidak terjadi.

Ketika seorang anak melihat sang ibu sedang bersitegang dengan orang lain. Naluri normal manusia tentu membela ibunya meskipun salah. Tak peduli apa sebabnya, bagaimana akar masalahnya, baik buruk akibatnya. Disini setan mulai berbicara. Puasa menahan nafsu emosional itu, mendorong kesabaran untuk menyadarinya dengan akal. Jadilah ia mengambil jalan dengan bijak, mampu menyadari yang mana baik dan mana yang buruk.

Secara kesimpulan, puasa melatih kita untuk menjadi cerdas. Mampu mengambil sikap yang tepat dan benar dalam setiap menghadapi masalah. Puasa Ramadhan selama 30 hari berturut-turut, tentunya melatih kita untuk terbiasa melatih kecerdasan itu hingga jadilah ia sebuah karakter yang melekat setelah Ramadhan usai. Wallahu’alam.

Lengkapi kebutuhan puasa Ramadhan anda dengan nutrisi yang baik! Toko Nabawi selalu ada untuk anda! Rasulullah mengajarkan supaya mulai berbuka dengan kurma, toko Nabawi sedia komplit! Cek produknya di etalase kurma.

 

Password Reset

Please enter your e-mail address. You will receive a new password via e-mail.