Dahsyatnya Dosa dan Hukuman Orang yang Meninggalkan Shalat Fardhu
Dr. Rasyad Khalifah, ilmuwan peneliti Alquran mengungkapkan bahwa kata ‘sholat’ disebutkan sebanyak 5 kali dalam Alquran dalam bentuk ‘sholawat, sama persis dengan perintah sholat fardhu yang harus dikerjakan 5 waktu dalam sehari.’ Sedang kata ‘Sujud’ (yang dilakukan oleh mereka yang berakal) disebutkan sebanyak 34 kali. Jumlah tersebut sama dengan jumlah sujud yang kita lakukan dalam shalat fardhu yang berjumlah 17 rakaat, dimana setiap rakaat terdapat 2 sujud, sehingga 17 dikalikan 2 menjadi 34. MasyaAllah…. Sungguh bukanlah sebuah kebetulan dan ini merupakan sebuah tanda nyata bagi orang yang berakal.
“Adakah orang yang mengetahui bahwasanya apa yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu itu benar sama dengan orang yang buta? Hanyalah orang-orang yang berakal saja yang dapat mengambil pelajaran,” (QS. Ar-Ra’d: 19)
Sholat adalah tiang agama, begitu menurut baginda Rasulullah Muhammad SAW. Namanya tiang, sebuah bangunan jika hilang salah satu tiangnya tentu akan roboh. Maka dari itu, seringkali seruan untuk sholat dikatakan dengan kalimat ‘Dirikanlah sholat!’ bukan ‘kerjakan sholat’ Dalam kiasan berarti, ‘Dirikanlah tiang penyangga (agar bangunannya kuat!/ agar Islam kuat!)’ Iya, kekuatan Ummat Islam terletak dari seberapa besar mereka perhatian pada agama mereka terutama sholat. Bahkan dinyatakan oleh salah seorang pemimpin yahudi bahwa musuh Islam itu akan mengalami kehancuran jikalau jamaah shalat subuh Ummat Islam seramai jamaah shalat Jum’at (semangat ummat untuk mendirikan sholat begitu besar).
Makna Mendalam Bacaan Sholat
Sholat bukan sekedar ritual ubudiyah tanpa makna. Didalamnya terkandung ikrar perjanjian, penghambaan/Pujian dan juga permohonan. Sholat dimulai dengan ikrar suci (perjanjian) yang diucapkan seorang hamba melalui do’a iftitah:
“Allah Maha Besar dengan sebesar-besarnya. Segala puji yang sebanyak-banyaknya bagi Allah. Maha Suci Allah pada pagi dan petang hari. Aku menghadapkan wajahku kepada Tuhan yang telah menciptakan langit dan bumi dengan segenap kepatuhan dan kepasrahan diri, dan aku bukanlah termasuk orang-orang yang menyekutukan-Nya. Sesungguhnya sholatku, ibadahku, hidup dan matiku hanyalah kepunyaan Allah, Tuhan semesta alam, yang tiada satu pun sekutu bagi-Nya. Dengan semua itulah aku diperintahkan dan aku adalah termasuk orang-orang yang berserah diri (muslim).”
Lalu kemudian dilanjutkan dengan syair-syair pujian menyanjung Yang Maha Mulia:
QS. Al-Fatihah
“Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Segala Puji bagi Allah Tuhan Semesta Alam. Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Yang Menguasai di Hari Pembalasan. Hanya Engkaulah yang kami sembah, dan hanya kepada Engkaulah kami meminta pertolongan. Tunjukilah kami jalan yang lurus. (yaitu) jalan orang-orang yang telah Engkau beri nikmat kepada mereka; bukan (jalan) mereka yang dimurkai dan bukan (pula jalan) mereka yang sesat.” (QS. Al-Fatihah: 1-7)
Bacaan Ruku’
“Maha Suci Tuhanku Yang Maha Agung dan dengan memujiNya.”
Bacaan I’tidal
“Semoga Allah mendengar (menerima) Pujian orang yang memujiNya.”
“Wahai Tuhan Kami, hanya untukMulah segala puji, sepenuh langit dan bumi dan sepenuh barang yang Kau kehendaki sesudahnya.””
Bacaan Sujud
“Maha Suci Tuhanku Yang Maha Tinggi dan dengan memujiNya” x3
Setelah rayuan dan pujian kita sampaikan kepada Sang Pencipta, baru kita ungkapkan permintaan dalam bacaan duduk diantara dua sujud:
“Ya Tuhanku, Ampunilah hamba, kasihanilah hamba, cukupkanlah kekurangan-kekurangan hamba, angkatlah derajat hamba, berilah hamba rizki, berilah hamba petunjuk, berilah hamba kesehatan dan maafkanlah kesalahan hamba.”
Lalu ditutup dengan bacaan tahiyat dan salam
Tahiyat Awal
“Segala kehormatan, keberkahan, rahmat dan kebaikan adalah milik Allah swt. Semoga keselamatan, rahmat Allah dan berkahNya tetap tercurahkan atasmu wahai nabi. Semoga keselamatan tetap terlimpahkan atas kami dan atas hamba-hamba Allah yang sholih. Aku bersaksi bahwa tidak ada Tuhan selain Allah, dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah utusan Allah. Wahai Allah, limpahkanlah rahmat kepada penghulu kami, Nabi Muhammad.”
Tahiyat Akhir
……..Dan kepada keluarga penghulu kami Nabi Muhammad. Sebagaimana telah Engkau limpahkan rahmat kepada penghulu kami, Nabi Ibrahim dan kepada keluarganya. Dan limpahkanlah berkah kepada penghulu kami, Nabi Muhammad dan kepada keluarganya. Sebagaimana telah Engkau limpahkan berkah kepada penghulu kami, Nabi Ibrahim dan keluarganya. Sungguh, di alam semesta ini, Engkau Maha Terpuji dan Maha Mulia.”
Begitulah apa yang terkandung dalam sholat. Bacaan-bacaanya mengarah pada permintaan yang manfaatnya untuk kita sendiri. Melalui sholat, Allah menunjukkan tata cara yang santun dalam memohon sesuatu. Hal itu mengingatkan pada kata mutiara dari pengasuh ponpes Sunan drajat, Prof. KH. Abdul Ghofur, “Jadikan dirimu sebagai seorang kekasih yang dicintaiNya. Jika telah begitu, Apakah tega Sang Pencinta membiarkan kekasihnya dalam penderitaan dan menangis terus-terusan memohon sesuatu?” Maka dengan sholatlah, salah satu cara mewujudkan keinginan itu.
Lakukanlah sholat sesempit apapun keadaan kita. Bahkan jika mungkin, lakukanlah di sepertiga malam hari. Bangunlah dari tidurmu lalu rendahkanlah dirimu dihadapanNya, karena saat itu Sang Pencinta sendiri turun ke bumi mencari kekasih-kekasihNya yang menyempatkan diri untuk menemuinya di malam yang sunyi itu. Mudah-mudahan Allah mengangkat kita ke tempat yang lebih tinggi.
“Dan pada sebahagian malam hari bersembahyang tahajudlah kamu sebagai suatu ibadah tambahan bagimu; mudah-mudahan Tuhan-mu mengangkat kamu ke tempat yang terpuji.” (QS. Al-Israa’: 79)
Namun, realita seringkali tak berbanding lurus dengan harapan. Seringkali, kesibukan perkara dunia mampu mengalihkan kewajiban 5 waktu itu. Jangankan melakukan sholat sunnah tengah malam, untuk mengerjakan sholat fardhu saja sering ditinggal. Lalu kesulitan menghampiri hidupnya hingga kemudian menyalahkan sang Tuhan, ‘mengapa hidup saya seperti ini?’ sudah jelas jawabnya, mereka tidak pernah memahami buku panduan hidup (Alquran) yang mengarahkan pada kehidupan yang baik.
Jika Allah memberikan kesulitan saat kita lalai darinya, mestinya kita bersyukur karena itu tanda bahwa Sang Pencinta merindukan rayuan-rayuan kita dan ingin kita kembali padaNya. Namun, sebaliknya, jika kita telah lalai dan Allah membiarkan kita dalam kelalaian itu (missal: memberikan kesenangan yang melimpah) itu tanda bahwa Allah telah berpaling dari kita.
Tidaklah orang yang paling dicintai Allah di dunia ini selain Nabi Ayyub as. Iya, bagaimana kondisinya? Ia dalam keadaan yang memprihatinkan. Dan tidaklah orang yang paling dibenci di dunia ini melainkan firaun. Bagaimana keadaan hidupnya? Ia gagah perkasa tanpa pernah sakit dengan kesenangan yang melimpah serta kedudukan mulia sebagai raja. Begitulah, Allah menghendaki siapa-siapa yang Ia kehendaki untuk kembali pada jalanNya dan menghendaki siapa-siapa yang berpaling dariNya. Maka pahamilah buku panduan (Alquran) dengan baik.
“Hai orang-orang yang beriman, jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu, sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar.” (QS. Al-Baqarah: 153)
Buku petunjuk hidup kita (Alquran) mengajarkan agar kita senantiasa menjaga sholat dan sabar saat menghadapi kesulitan hidup, bukan malah meninggalkan sholat. Karena justru meninggalkan sholat fardhu membawa dosa besar dan penyebab utama seseorang masuk neraka.
Dahsyatnya Dosa dan Hukuman Orang Yang Meninggalkan Shalat Fardhu
“Mereka (para penghuni neraka Saqor) menjawab, ‘Kami dahulu tidak termasuk orang-orang yang mengerjakan shalat, dan kami tidak (pula) memberi makan orang miskin, dan adalah kami membicarakan yang bathil, bersama dengan orang-orang yang membicarakannya, dan adalah kami mendustakan hari pembalasan, hingga datang kepada kami kematian.’ Maka tidak berguna lagi bagi mereka syafa’at dari orang-orang yang memberikan syafa’at” (QS. Al-Muddatstsir: 43-48)
Ibnu Qayyim Al Jauzy berpendapat, ‘Kaum muslimin bersepakat bahwa meninggalkan shalat lima waktu dengan sengaja adalah dosa besar yang paling besar dan dosanya lebih besar dari dosa membunuh, merampas harta orang lain, berzina, mencuri, dan minum minuman keras. Orang yang meninggalkannya akan mendapat hukuman dan kemurkaan Allah serta mendapatkan kehinaan di dunia dan akhirat.’
Asy Syaukani ra mengatakan bahwa ‘Tidak ada beda pendapat di antara kaum muslimin tentang kafirnya orang yang meninggalkan shalat karena mengingkari kewajibannya. Namun apabila meninggalkan shalat karena malas dan tetap meyakini shalat lima waktu itu wajib sebagaimana kondisi sebagian besar kaum muslimin saat ini, maka dalam hal ini ada perbedaan pendapat.’ (Lihat Nailul Author, 1/369).
Pendapat pertama, mengatakan bahwa orang yang meninggalkan shalat harus dibunuh karena dianggap telah murtad (keluar dari Islam). Pendapat ini adalah pendapat Imam Ahmad, Sa’id bin Jubair, ‘Amir Asy Sya’bi, Ibrohim An Nakho’i, Abu ‘Amr, Al Auza’i, Ayyub As Sakhtiyani, ‘Abdullah bin Al Mubarrok, Ishaq bin Rohuwyah, ‘Abdul Malik bin Habib (ulama Malikiyyah), pendapat sebagian ulama Syafi’iyah, pendapat Imam Syafi’i (sebagaimana dikatakan oleh Ath Thohawiy), pendapat Umar bin Al Khothob (sebagaimana dikatakan oleh Ibnu Hazm), Mu’adz bin Jabal, ‘Abdurrahman bin ‘Auf, Abu Hurairah, dan sahabat lainnya.
Pendapat kedua, mengatakan bahwa orang yang meninggalkan shalat dibunuh dengan hukuman had, namun tidak dihukumi kafir. Inilah pendapat Malik, Syafi’i, dan salah salah satu pendapat Imam Ahmad.
Pendapat ketiga, mengatakan bahwa orang yang meninggalkan shalat karena malas-malasan adalah fasiq (telah berbuat dosa besar) dan dia harus dipenjara sampai dia mau menunaikan shalat. Inilah pendapat Hanafiyyah. (Al Mawsu’ah Al Fiqhiyah Al Kuwaitiyah, 22/186-187)
“(Pembatas) antara seorang muslim dan kesyirikan serta kekafiran adalah meninggalkan shalat.” (HR. Muslim)
Perbaikilah sholat kita, karena ia akan menjadi pertanyaan pertama Allah SWT saat berada di Yaumul Hisab (Hari Perhitungan Amal). Semoga Allah tidak melimpahkan azab / peringatan pada kita dan keluarga kita lantaran dosa besar meninggalkan sholat yang telah kita perbuat. Na’udzubillah min dzaalik.
“Ya Tuhanku, jadikanlah aku dan anak cucuku orang-orang yang tetap mendirikan shalat, ya Tuhan kami, perkenankanlah doaku. Ya Tuhan kami, beri ampunlah aku dan kedua ibu bapaku dan sekalian orang-orang mukmin pada hari terjadinya hisab (hari kiamat).” (QS. Ibrahim: 40 - 41 / Do’a Khalilullah Nabi Ibrahim as)
Toko oleh-oleh haji Nabawi menyediakan berbagai macam perlengkapan sholat dari tasbih, kopyah hingga mukena. Semua tersedia dengan tampilan yang menarik dan kualitas yang baik serta harga yang pas! Silahkan mampir dan melihat-lihat koleksinya di toko kami, Toko Nabawi.