Kisah Lengkap Sejarah Asal Usul Hajar Aswad: Batu Dari Surga
Sesuai namanya, Hajar Aswad merupakan batu (Hajar) yang berwarna hitam (Aswad) terletak di salah satu sudut Ka’bah. Batu ini merupakan penanda awal mula (start) thawaf sekaligus tempat pemberhentian (finish) ketika menyelesaikan putaran Thawaf. Kegunaan batu ini bukanlah dikarang sedemikian rupa oleh pemerintah Arab melainkan telah dicontohkan sebelumnya oleh Khalilullah Nabi Ibrahim as dan Nabi Ismail as.
Dahulu kala Ka’bah dibangun oleh dua orang Bapak dan anak ini. Mereka berdua yang mengumpulkan bebatuan kemudian menyusun batu demi batu hingga jadilah sebuah bangunan. Tidak semegah saat ini, Ka’bah pada awal pembangunannya hanya terdiri dari bangunan kotak tanpa atap. Terdapat dua pintu yang terpasang saling berlawanan arah. Kemudian Nabi Ibrahim memasang wewangian alami dari tumbuhan yang ditempatkan di atas pintu.
Penentuan lokasi pembangunan Ka’bah ini juga bukan asal kehendak Nabi Ibrahim, melainkan tuntunan dari Allah SWT. Usai pembangunan Ka’bah, Nabi Ibrahim merasakan ada sesuatu yang kurang. Mulailah beliau terpikirkan suatu penanda awal mula aktivitas di dekat Ka’bah ini. Iya, tentunya jika tiada suatu ‘penanda’ ini, pasti para jamaah nanti berputar tanpa aturan!
Nabi Ismail mengerti maksud bapaknya. Segeralah beliau bergegas mencari sebuah batu untuk mewujudkan maksud bapaknya itu. Dicari kesana-kemari belum juga ketemu. Jibril mengerti apa yang dibutuhkan dua hamba Allah yang sholih itu. Beliau datang turun menemui Ismail atas perintah Allah membawakan sebuah batu indah berwarna putih. Alangkah senangnya hati Ismail melihat batu indah itu! Iya, batu itu berwarna putih, bukan hitam!
“Dari Ibnu ‘Abbas ra, ia berkata bahwa Rasulullah SAW bersabda, “Hajar aswad turun dari surga padahal batu tersebut begitu putih lebih putih daripada susu. Dosa manusialah yang membuat batu tersebut menjadi hitam”. (HR. Tirmidzi Shahih menurut Syaikh Al Albani)”
Nabi Ismail memberikannya pada sang ayah sambil menceritakan kronologi penemuan batu itu. Nabi Ibrahim kemudian mencium batu itu dan diikuti oleh Nabi Ismail sebagai bentuk penghormatan. Kejadian ini turun temurun diwariskan hingga Rasulullah sendiri mencontohkannya.
‘Dari ‘Abis bin Robi’ah, ia berkata, “Aku pernah melihat ‘Umar ibn Khottob mencium hajar Aswad. Lantas ‘Umar berkata, “Sesungguhnya aku menciummu dan aku tahu bahwa engkau hanyalah batu. Seandainya aku tidak melihat Rasulullah SAW menciummu, maka tentu aku tidak akan menciummu” (HR. Bukhori dan Muslim)
Perlu diingat saat mencium batu surga ini, yakni niat yang haruslah lurus tanpa ada unsur hiperbol (melebih-lebihkan). Batu ini memang bukan batu dunia, sebagaimana dijelaskan dalam hadits diatas, namun sikap kita terhadapanya seharusnya biasa-biasa saja, seperti halnya ucapan Umar ibn Khottob dalam hadits diatas. Batu itu tidak memberikan manfaat juga tidak menghadirkan mudhorot.
Ada banyak peristiwa yang terjadi yang berhubungan dengan Hajar Aswad ini:
1. Hajar Aswad pernah dimasukkan kedalam sumur zamzam oleh Amr ibn Harits ibn Mahdhah Al Jurhum pada tahun 400M
2. Pada tahun yang sama, berhasil dikembalikan oleh kakek buyut Rasulullah Qushay ibn Kilab
3. Pada 606 M, Ka’bah mengalami kebanjiran, Hajar Aswad harus segera diamankan. Terjadi perebutan antar kabilah Qurays dalam urusan penempatan batu hitam itu. Rasulullah yang saat itu belum diutus menjadi seorang rasul, mulai menampakkan bakat kepemimpinannya menyelesaikan sengketa itu.
4. Tahun Hijriah 180an, Abdullah ibn Zubair memasang lingkaran pita perak di sekeliling Hajar Aswad.
5. Tahun 317 H, Abu Thahir Al Qarmuthi mencopot Hajar Aswad
6. Tahun 339 H, Hajar Aswad berhasil dikembalikan ke tempat asalnya.
7. Tahun 363 H, Hajar Aswad pernah dipukul oleh lelaki Romawi, namun tak mampu membawanya.
8. Tahun 413 H, seorang lelaki Bani Fathimiyyah memecahkan Hajar Aswad
9. Tahun 990 H, lelaki asing memukul Hajar Aswad
10. Tahun 1268 H, Sultan Abdul Majid mengganti lingkaran perak dengan lingkaran emas pada Hajar Aswad
11. Tahun 1293 H, Sultan Abdul Aziz mengganti lingkaran Emas dengan perak
12. Tahun 1351 H, seorang lelaki Afghanistan mencungkil pecahan Hajar Aswad dan mencuri potongan kain kiswah
13. Tahun 1351 H, Raja Abdul Aziz As Saud merekatkan kembal pecahan Hajar Aswad dan memberinya lingkaran perak disekelilingnya.
Batu hitam itu berukuran sekitar 10 cm dengan luas lingkaran pita peraknya sekitar 30 cm. Ada yang mengatakan batu itu sejenis batu Ruby. Tingginya dari lantai dasar Masjid al-Haram sekitar 1,5 meter. Namun, sejak peristiwa penyerangan terhadap Hajar Aswad itu, Batu Hitam itu terbagi menjadi 8 kepingan kecil.
Hajar Aswad memang tak seperti batu biasa pada umumnya. Terlihat dari rentetan peristiwa yang terjadi padanya menunjukkan batu itu batu mulia. Namun, sesuai yang ditunjukkan oleh Khalifah Umar Ibn Khottob, kita harus bersikap biasa. Takutnya kita terlalu menyucikannya hingga berbuah syirik. Namun, hanya sebatas penghormatan kepadanya dengan mencium atau melambaikan tangan padanya hal itu tidaklah mengapa.
Itulah sekilas penjelasan dari berbagai sumber terpercaya mengenai sejarah Hajar Aswad. Semoga kita diberi Allah kesempatan untuk mengunjungi rumahNya dan menemui batu itu. Aamiin…
Bagi Sahabat Nabawi yang berencana mengunjungi Baitullah dalam waktu dekat, tiada salahnya melihat-lihat koleksi produk toko kami. Kami menyediakan semua perlengkapan ibadah Umroh atau Haji Anda. Silahkan mampir dana melihat-lihat koleksi produk kami di etalase oleh-oleh-haji barangkali ada kebutuhan selama Ibadah nanti yang lupa anda masukkan dalam daftar bawaan.
Butuh Oleh-Oleh Haji? Ingat Toko Nabawi!