Kisah Lengkap Sejarah Asal usul Sumur Zamzam: Mimpi Ajaib Abdul Muthollib

Nama ‘Zamzam’ yang digunakan untuk menamai sumur ajaib itu tidaklah terpikirkan sebelumnya. Peristiwa itu terjadi ketika Siti Hajar (Ibu Nabi Ismail) terkejut melihat sumber mata air yang memancar cukup deras dari hentakan kaki anaknya, Ismail kecil. Sontak beliau mengatakan “Zamzam!” yang berarti ‘Berkumpullah’ dengan harapan air yang memancar itu berkumpul agar bisa diminum bersama anaknya.

Mata air deras itu dihadirkan oleh Allah atas buah upaya Siti Hajar yang telah berusaha mencarinya mondar-mandir tujuh kali antar bukit ke bukit yang kita kenal sekarang dengan nama bukti Shafa dan Marwah. Sedangkan peristiwa mondar-mandirnya Siti Hajar selama Tujuh Kali itu kita teladani saat ini dengan nama ‘Ritual Sa’i.’

Sejarah mengenai latar belakang Siti Hajar mencari Sumber Mata Air Zamzam telah dijelaskan secara rinci dalam artikel sebelumnya yang berhubungan dengan ritual Sa’i. (Baca artikel: Hikmah / Makna Ritual Sa'i) Sehingga kali ini kita akan cenderung membahas tentang sejarah (peristiwa-persitiwa) yang terjadi berhubungan dengan Sumur zamzam. 

Sumur zamzam pernah hilang tertutup tanah sebelum kemudian diketemukan lagi oleh Kakek Rasulullah, Abdul Muthollib. Saat itu, kota Makkah mengalami paceklik yang parah. Sebagai pemimpin kota Makkah masa itu, Abdul Muthollib merasa bertanggungjawab atas pengadaan air untuk para jamaah haji.

Abdul Muthollib telah berusaha mengumpulkan sumber air di tempat-tempat lain luar kota Makkah. Namun, ternyata stok air itu belum mencukupi. Abdul Muthollib kebingungan. Dalam keadaan bingung, beliau diberi petunjuk oleh Allah dalam tidurnya.

Kisah ini diriwayatkan oleh Ibn Ishaq dari Ali Ibn Abi Tholib ra, bahwa pada suatu malam, Abdul Muthollib bermimpi mendengar suara memanggil namanya dan menyuruh untuk menggali At-Thibah. Abdul Muthollib bertanya, apakah Ath-Thibah itu? Namun, belum sempat dapat jawaban, suara itu menghilang.

Hari kedua, Abdul Muthollib mendengar suara lagi dalam mimpinya. Kali ini menyuruhnya untuk menggali Al-Barrah. Abdul Muthollib bertanya, ‘apakah Al Barrah itu?’ Lagi-lagi suara itu menghilang sebelum memberi jawaban. Kali ini Abdul Muthollib semakin penasaran. Ia merasa ada suatu petunjuk yang sedang ditampakkan padanya.

Ternyata, hari ketiga suara itu datang lagi dalam mimpinya. ‘Galilah Al-Madhmunah!’ begitu suara perintah dalam mimpi ketiga itu. Benar-benar itu sebuah petunjuk. Semakin yakin ia bahwa serangkaian mimpi yang ia alami berturut-turut itu bukanlah sebatas bunga tidur saja. Beliaupun menunggu kedatangan petunjuk selanjutnya.

Ternyata, hari keempat mimpi itu datang lagi. Suara itu kini semakin jelas dan petunjuk itu kian mudah dipahami. Suara itu menyuruh, ‘Galilah zamzam!’ Abdul Muthollib bertanya, ‘Dimanakah zamzam itu?’ Suara itu menjawab, ‘Ia tak akan kering selama-lamanya dan tak akan berkurang. Ia akan memberi minum para tamu Allah yang Maha Agung (jamaah haji). Dia berada diantara perut dan darah. Di tempat patukan gagak hitam yang ada bulu putih dan di tempat rumah semut.’

Itu seperti sebuah misteri teka-teki yang harus dipecahkan untuk mendapatkan harta karun firaun! Bergegaslah Abdul Muthollib dengan mengajak anaknya yang bernama Harits untuk membantunya menjalankan misi itu. ‘Apa mungkin area sekeliling ka’bah yang sangat luas itu digali semua demi mendapatkan sumur zamzam? Aaah.. tidak mungkin!’ Begitu dalam benak Abdul Muthollib. Beliau hanya berpatokan pada isyarat mimpi itu, yakni area berdarah, sarang semut dan gagak hitam ada bulu putihnya.

Petunjuk itu semakin terang manakala sekelompok orang datang hendak menyembelih lembu. Darah bercucuran saat lembu itu disembelih, namun tidak seperti biasanya. Lembu itu bangkit lagi dan pindah ke tempat lain, hingga darahpun bercucuran di tempat pindahnya itu. Aduuh, semakin membingungkan! Lembu itu akhirnya dikuliti dan dikeluarkan seluruh isi perutnya di tempat terakhir.  

Isyarat pertama (darah) telah didapat! Beralih ke isyarat yang lainnya yakni sarang semut dan gagak hitam ada bulu putihnya. Ternyata, sarang semut lebih dulu ditemukan. Namun, area sarang semut itu pun cukup luas. Jadilah Abdul Muthollib bingung untuk yang kedua kalinya.

Beruntunglah, dalam kebingungannya itu, isyarat terakhir yakni burung gagak hitam dengan bulu putih datang menghampiri. Gagak itu berusaha mematuki semut-semut yang berkumpul di sekitar sarangnya. Maka sudah tak perlu ragu lagi! Di tempat gagak hinggap pertama kali, disitulah lokasi zamzam seperti dalam mimpi. Jadilah Abdul Muthollib mulai menggali.

Masyarakat Qurays heran dengan sikap Abdul Muthollib, mengapa ia membuat galian di sekitar Ka’bah? Namun Abdul Muthollib tak menghiraukan mereka dan membiarkan si Harits menghadapi komentar pembesar suku Qurays itu. Abdul Muthollib terus dan terus menggali, hingga akhirnya ujung cangkulnya membentur benda keras. ‘Jangan-jangan ini penutup zamzam itu?’ rasa penasaran dalam hati Abdul Muthollib.

“Allahu Akbar! Allahu Akbar!” pekikan takbir diucapkan Abdul Muthollib kala menemukan sumber air terpancar deras dari sumur zamzam. Abdul Muthollib kemudian menjelaskan pada suku Qurays itu bahwa dirinya sedang menggali zamzam.

Suku Qurays bahagia bukan main. Namun, sifat tamaknya muncul. Mereka masing-masing berusaha untuk menguasai sumur itu. Karena memilikinya merupakan sebuah kemuliaan. Abdul Muthollib tentu tidak mau memberikan begitu saja. Perselisihan ini hampir saja menimbulkan perang saudara.

Akhirnya, mereka kemudian menyepakati agar masalah ini ditengahi oleh seorang hakim. Ditunjuklah seorang hakim bernama Kahinah. Ada kabar bahwa Kahinah sedang berada di Khaybar, rombongan Abdul Muthollib dan pembesar suku Qurays kemudian menyusul kesana.

Naas mereka alami. Di tengah perjalanan mereka melewati padang pasir yang sangat kering, tiada air sedikitpun! Hingga dalam keputusasaan, Abdul Muthollib kemudian mengeluarkan perintah yang mengejutkan. ‘Galilah kuburanmu masing-masing! Daripada kalian mati tiada yang menguburkan nanti!’ jadilah mereka membuat galian untuk kuburan mereka sendiri. Galian sudah jadi, tinggallah mereka duduk termenung menunggu mati.

Dalam lamunan, Abdul Muthollib masih memikirkan dimanakah letak sumber mata air di sekitar padang pasir itu agara dirinya dan rombongan lain selamat. Ternyata pertolongan Allah datang padanya. Kuda yang sejak awal menemaninya itu, menghentakkan kakinya ke tanah. Seketika itu keluarlah sumber mata air yang bisa ia minum dan juga para rombongan.

Kali ini para pembesar suku Qurays itu menyadari bahwasannya sumur zamzam memang diperuntukkan bagi Abdul Muthollib. Merekapun kembali akur dan tidak memperebutkan sumur zamzam lagi. Itulah kisah sejarah sumur zamzam yang ditemukan kembali oleh Abdul Muthollib setelah sempat menghilang bertahun-tahun.

Butuh Air Zamzam? Sediakan di rumah Anda sebagai obat alami yang penuh berkah. silahkan melihat-lihat produk zamzam yang tersedia di etalase air zamzam oko kami, Toko Nabawi.

Butuh oleh-oleh haji? Ingat Toko Nabawi!

Password Reset

Please enter your e-mail address. You will receive a new password via e-mail.